Minggu, 25 Desember 2016

Kuliah Subuh di Kota Hujan

Sekitar bulan ramadhan 2016 kemarin, saya yang masih bekerja di sebuah toko kue tiba - tiba mendapat whatapps dari bibi. Isi dari pesan itu kira - kira begini.

" Teh, apa kabar ? Paman (suami bibi) nanyain teteh kapan mau main ke bogor?"

Lalu saya menjawab " nanti aja bi, kalau saya libur panjang atau pas sudah beres bulan puasa, sekarang ga bisa di toko lagi sibuk."

Whatapps balasan pun berlanjut
" kalau bisa sekarang - sekarang teh, biasanya paman kalo nyuruh main ke bogor berarti ada yang mau diobrolin dan biasanya jarang nyuruh kalo ga penting - penting banget. Lebih baik dalam waktu dekat sebelum bulan puasa beres, nunggu lebaran terlalu lama kan nanti mau mudik ke mojokerto. "

Lama saya membaca balasan jawaban dari bibi, apakah gerangan yang membuat beliau menyuruh saya untuk ke kerumahnya ataukah ada hal yang membuat beliau tersinggung ?. Saya masih bingung dan saya pun memita libur kerja untuk pergi ke bogor.

Sampai di rumah, saya meminta izin pada orang tua untuk pergi ke bogor. Orang tua saya pun heran mengapa paman menyuruh saya untuk kerumahnya karna biasanya saya ke bogor untuk liburan bersama keluarga. Saya pun belum bisa menjelaskan apa alasannya, mungkin setelah disana saya dapat menyimpulkan apa maksud dari undangan dadakan tersebut.

Keesokan harinya saya pulang kerja lebih cepat dari biasanya. Tepat pukul 14.00 wib saya bersiap berangkat ditemani adik saya menuju terminal bis Leuwi Panjang. Perjalanan sekitar 5 jam dari Bandung menuju bogor, bis melaju cukup lancar karna melalui jalan tol. Alhamdullilah diperjalanan pun nyaman karna pak supir memacu bis dengan hati - hati dan saya pun langsung tertidur pulas selama diperjalanan.

Pukul 20.30 wib pesan kembali masuk melalui WA, bibi bertanya sudah sampai mana dan jika sudah masuk jalan baru beri kabar agar nanti dijemput.

Udara kota Bogor di malam hari ternyata sama panasnya dengan Bogor di siang hari. Sekitar pukul 21.00 lewat saya dan adik sudah turun dari bis dan menunggu untuk dijemput. Tak lama berselang bibi datang, lama sekali rasanya saya tak bertemu bibi sekalinya pun bertemu saat ada acara seperti acara arisan keluarga.

Bibi menyambut saya dengan senyuman hangat tapi saya belum membalasnya karena belum sepenuhnya pulih dari sisa tidur di perjalanan. Sekitar 15 menit akhirnya saya tiba di rumah beliau,rasa kantuk masih menyelimuti mugkin jika saya bercermin mata saya hanya terlihat segaris ( karna memang sudah sipit).

Beres menyimpan barang dan berganti pakaian, saya langsung disuguhi makan malam. Makan malam yang kemaleman karna jam sudah menunjukan pukul 22.00 wib sambil menyantap makan malam bibi mengajak ngobrol bagaimana keadaan orang tua di rumah, bagaimana rencana adik setelah lulus sekolah dan hal lainnya.

Suara mobil pun terdengar memasuki garasi rumah. Rupanya paman sudah pulang dari pabrik, begitu membuka pintu rumah saya langsung bersalaman dan menanyakan kabar beliau, senyum hangat pun terukir di wajah beliau.

" Silahkan istirahat Zhie, sudah makan ?" Itu kalimat singkat yang mengawali kembali pertemuan saya dengan beliau.
Bibi pun sama , menyuruh saya dan adik untuk segera beristirahat karna bibi tahu perjalan panjang saya dari Banjaran - Bogor pasti terasa sangat melelahkan ditambah lagi saat bulan puasa.

Istirahat selama 5 jam rupanya belum memulihkan lelah saya. Jam 3 harus sudah bangun dan bersiap untuk santap sahur. Setengah jam berlalu, saya pun membereskan sisa makanan tapi paman belum nampak bangun untuk sahur. Menurut bibi paman termasuk orang yang simple, untuk menu sahur saja beliau cukup menyantap potongan buah - buahan dan sudah mulai mengurangi porsi nasi/karbohidrat makanya beliau bangun biasanya sekitar 15 menit sebelum waktu imsyak. Beliau sudah menerapkan gaya hidup sehat dan menjaga asupan makanan yang dikonsumsi. Saya sendiri masih belum bisa menerapkan pola mengurangi porsi karbohidrat, badan saya memang kecil tapi tak tahu mengapa porsi makan saya terbilang cukup besar jika dibandingkan dengan saudara saudara saya yang memiliki tubuh berisi 😀.

Selepas sholat subuh, paman yang pulang sholat berjamaah di mesjid langsung duduk menonton berita, bukan berita bahasa indonesia melainkan berita bahasa mandarin tanpa translate. Sepertinya kemampuan bahasa asing paman sudah bertambah, saya sempat mendengar beberapa waktu lalu beliau terbang ke beberapa negara di Eropa bahkan ke Amerika untuk melihat pameran mobil sebagai study banding di pabriknya. Lawatan ke Amerika menurut bibi atas undangan rekan kerjanya.

Satu pelajaran pertama yang saya dapatkan tanpa sengaja, perbanyak networking dan tambah kemampuan bahasa asing maka perjalananmu ke luar negri bahkan ke belahan bumi manapun akan terasa sangat mudah dan ringan.

Tak menunggu lama, saya pun dipanggil paman untuk berbincang dan perbincangan singkat yang mengubah mindset serta menambah semangat saya pun dimulai.

Perbincangan singkat kala itu diawali dengan rentetan pertanyaan beliau pada saya.
" Zhie, sekarang kamu kerja dimana? "
Saya pun menjawab, saya kerja bersama teman smk saya yang jurusan tata boga. Lalu saya pun menceritakan apa yang saya lakukan selama 2 tahun terakhir ini saat bekerja di toko kue, bagaimana naik dan turunnya orderan, merasakan massa dimana tidak ada pengunjung yang datang hingga orderan full saat bulan Ramadhan.

Pertanyaan pun berlanjut, "sebelum di tempat yang sekarang kamu pernah bekerja dimana saja?"

Saya pun membeberkan dimana saja saya pernah bekerja.
1. Begitu lulus kuliah saya bekerja sebagai guru honorer di salah satu smk swasta jurusan tata boga kurang lebih selama 1 tahun ajaran, lokasinya masih di daerah tempat saya tinggal.
2. Saya bekerja di sebuah katering industri di Karawang selama 6 bulan.
3. Saya bekerja di konsultan katering selama 1 tahun di Bandung.

" Kerjanya ngapain aja zhie di tempat - tempat itu? " taya beliau serius. Saya pun menjelaskan job desk dari masing - masing pekerjaan saya dulu. Bagaimana menjadi seorang guru, mempersiapkan planning pembelajaran setiap harinya, menjadi seorang menu planner di katering industri, menyiapakan dan memantau menu untuk makan karyawan di setiap perusahaan yang jumlah porsi setiap harinya kadang mencapai 2.000 porsi, hingga menjadi assisten konsultan katering, menyiapkan surat -surat, menawarkan jasa konsultasi ke berbagai instansi seperti boarding school, rumah sakit, hingga ke perusahaan pertambangan minyak.
Paman pun dengan seksama mendengarkan cerita saya.

"Alasan kamu keluar dari ketiga tempat itu apa ?" Dan saya pun menjelaskan alasan - alasan saya mengapa saya keluar dari ketiga tepat itu, yang rata - rata hanya bertahan selama 6 bulan sampai 1 tahun saja.

Setelah hampir setengah jam saya bercerita panjang lebar, barulah beliau mengeluarkan petuah petuahnya membuat saya terkesima dan manggut - manggut tanda setuju dengan apa yang beliau utarakan.

" zhie kamu tahu dari keempat tempat kerja yang kamu jelaskan, penjelasan paling detail yang kamu ceritakan adalah saat kamu bekerja di katering industri padahal durasi kamu bekerja disana hanya 6 bulan saja."

" oh ya?"  Tanya saya kaget, saya tidak sadar bahwa selama 30 menit tadi paling banyak yang saya ceritakan adalah saat saya bekerja di Katering . Padahal perasaan saya justru saya merasa underpresure saat bekerja disana.

" justru yang membuat kamu underpresure/ tertekan selama bekerja membuat kamu tidak nyaman dan akan membuat diri kamu untuk keluar dari zona nyamanmu. Kamu bahkan tahu alur masuk, penyimpanan, keluar barang, detail dari job desk kamu selama bekerja disana sangat terperinci kamu ceritakan  dan bandingkan dengan saat kamu bekerja di konsultan, kamu hanya menceritakan apa yang kamu lakukan seharian saja selama di kantor. Saat bekerja di Karawang kemungkinan mengandung resiko kerja yang sangat tinggi ( high risk), tadi kamu ceritakan jika terjadi komplain dari perusahaan hal apa yang kamu harus lakukan padahal kamu merasa tertekan  kan. Jika kamu saat itu bertahan disana, kemungkinan besar kamu akan sukses disana. Sukses menggali banyak ilmu dan pengalaman."

Saya hanya bisa terpaku mendengar penjelasan paman. Ternyata beliau melihat dari sudut pandang yang berbeda.

"Lalu tadi kamu cerita sudah hampir 2 tahun kerja bersama temanmu, apakah rencana kamu selanjutnya? Apakah akan selamanya bekerja dengan temanmu itu ?" Tanya paman seperti HRD yang mewawancarai calon karyawan yang melamar kerja. Beliau ternyata menginginkan penjelasan panjang lebar dari saya bukan sekedar jawaban iya dan tidak.

Pertanyaan paman yang terakhir memunculkan lagi mimpi saya, cita - cita saya dari dulu dari saya memilih SMK tata boga sebagai sekolah lanjutan saya. Saya ingat saat itu, alm kakek sempat menentang saya. Kenapa uzhie masuk smk, kan nantinya susah untuk masuk perguruan tinggi. Saat itu tekad saya sudah bulat, ingin masuk smk jurusan tata boga karna ingin punya usaha sendiri bidang makanan, meski saat itu memang saya tidak memiliki basic memasak sama sekali.

Ya, mimpi mempunyai usaha sendiri bidang makanan khususnya sudah tertancap dalam hati saya sudah lama sekali. Keinginan itu terus saya jaga dan pelihara. Mudah mudahan suatu saat nanti mimpi itu bisa nyata di depan mata.

"Zhie,  apa rencanamu?" Tanya paman sekali lagi yang membuyarkan lamunan saya saat itu. Sepertinya beliau sudah tahu jawaban saya, hanya saja saya harus menjelaskan secara detail lagi apa rencana saya kedepannya.

" saya ingin punya usaha sendiri bidang makanan khususnya, entah itu kedai, cafe, resto ataupun katering." Jawab saya singkat.

"Lalu jika begitu kapan akan mulai?"

Pertanyaan lanjutan yang membuat saya berfikir sedikit lama. Mencari jawaban yang tepat karna yang saya hadapi bukan orang biasa, seorang yang memiliki pabrik mobil daerah sentul Bogor saya rasa bukan orang biasa. Dan kini saya berhadapan dengan beliau, padahal kami memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda, otomotif dan tata boga . Namun obrolan kami sangat melebar seperti memiliki satu benang merah. Bibi yang duduk di samping saya hanya mendengarkan dan sesekali tersenyum ke arah saya.

"Mulai usaha? Saya rasa tidak mudah paman", ungkap saya pendek. "Perlu adanya planning yang tepat, orang - orang (SDM), tempat yang memadai dan tentu saja produk yang kita jual harus bisa diterima di masyarakat.

" memang betul perlu banyak perencanaan, namun jika hanya perencanaan tanpa adanya action kapan akan terealisasi ?"

"Target saya akhir tahun ini sudah punya usaha, rencana terdekat saya adalah menitipkan aneka kue ke warung warung dekat rumah"

" Saya rasa lebih cepat lebih baik zhie, kedepannya kamu harus memiliki outlet sendiri entah di daerahmu (Pangalengan) atau di Bandung. Kamu sendiri tahu lokasi yang cocok untuk usahamu"

Obrolan pun berlanjut, beliau menceritakan pengalaman beliau merintis pabrik di sentul.
" saya orang produksi zhie, ga bisa jualan maka saya hire orang untuk untuk produk produk saya dan dulu pun begitu keluar dari tempat kerja saya tidak memiliki banyak uang pesangon dari perusahaan untuk membuat pabrik maka saya kerja sama dengan teman yang memiliki lahan. Banyak cara untuk memulai usaha salah satunya dengan berkolaborasi dengan teman temanmu"

"Saya rasa modal untuk kamu usaha tidak sebesar modal usaha seperti ridwan yang memiliki usaha konveksi (adik mamah paling bungsu), karna dia usaha nya sama seperti saya perlu alat dulu baru bisa produksi masal. Jangan bingung mencari modal usaha karna modal bisa dari mana saja, kepercayaan pun bisa jadi modal. Asalkan orang sudah percaya padamu berapapun kebutuhanmu pasti orang akan memberikannya. Jangan memandang uang sebagai modal utama, banyak hal yang bisa kamu dapatkan sebagai modal untuk usaha.
Dulu saat di mojokerto saya selalu membayangkan bagaimana jika para santri disana dibekali softskill dan hardskill sehingga memiliki keterampilan saat sudah turun di masyarakat. Nanti usahamu juga harus berdampak bagi masyarakat sekitar, membantu orang - orang disekitarmu"

Kalimat terakhir dari obrolan kami yang selalu terngiang adalah " jika kamu punya mimpi, simpan mimpinu di frame yang paling besar agar kamu bisa melihat mimpimu dengan jelas dan detailnya pun masih terlihat"

Obrolan panjang lebar itu kira kira menghabiskan waktu sekitar 2 jam, sungguh tak terasa. Obrolan yang saya ceritakan di atas hanya sebagian kecil dari obrolan saya bersama beliau.

Siang harinya saya langsung kembali pulang ke rumah, kuliah subuh saya kali ini memang singkat dan lokasinya jauh tapi pulang dari sana saya seperti memiliki tambahan semangat, memang ini yang saya butuhkan. Dorongan semangat dari orang - orang yang berpengalaman merintis usaha dari nol. Modal bisa dicari tapi pengalaman seseorang dalam merintis dan memperjuangkan mimpinya tidak semua orang mau membaginya untuk kita.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar