Kamis, 29 Desember 2016

Kalau Bisa Sukses di Usia Muda, Kenapa Harus Menunggu Tua ?


“Kalau bisa sukses di usia muda kenapa harus menunggu tua ?” itulah kalimat penyemangat milik Billy Boen yang selalu menyemangati saya dikala sedang down. Semangat yang kadang kala naik dan turun bisa menghinggapi kita kapanpun baik dalam menjalani proses menyelesaikan sekolah, proses menyelesaikan draft skripsi yang tak kunjung selesai (ini pengalaman saya pribadi ) hingga proses membangun usaha sendiri.

Kemarin tepatnya tanggal 28 Desember 2016,  untuk terus menjaga semangat dan menambah semangat saya dalam merintis usaha saya mengikuti sebuah acara sosialisasi mengenai Wirausaha Muda Mandiri 2016 (WMM 2016) yang diadakan di Gedung Eduplex. Acara dimulai dari pukul 10.00 WIB namun saya telat datang, saya tiba disana baru sekitar pukul 10.30, itupun beruntung karena saya “memaksa” adik saya untuk menemani ke acara tersebut perjalanan pun tidak memakan waktu lama.


Di dalam gedung Eduplex rupanya banyak tempat yang disediakan untuk siapa saja yang ingin menyewa ruangan. Tempat ini semacam coworking space, jadi memudahkan untuk pekerja yang tidak memiliki kantor bisa berinteraksi atau berdiskusi di tempat ini. Acara sosialisasi WMM 2016 berada di lantai 4, begitu sampai disana para peserta sosialisasi antri untuk registrasi dan beruntung acara yang sudah dimulai tersebut masih bisa saya ikuti.

Yang membuat saya ingin mengikuti acara tersebut selain karna memang kompetisi WMM 2016 ini sangat populer dan bisa dibilang menjadi wadah terbesar dalam hal memfasilitasi para pengusaha muda khususnya untuk mengembangkan usahanya, para pembica yang hadir saat itu juga sungguh membuat saya ingin menimba ilmu langsung dari ahlinya.

Para pembicara yang datang saat sosialisasi WMM 2016 adalah Jody Janitra, Owner Bober Café sekaligus ketua HIPMI JABAR, Titin Agustina, Juara 1 WMM 2012 kategori wirausaha social dan Fery Hasan Juara 1 WMM 2012 kategori wirausaha boga.

Materi pertama dijelaskan oleh Mba Diah selaku pihak dari Bank Mandiri yang memaparkan bagaimana proses mengikuti kompetisi WMM 2016  mulai dari proses pendaftaran, proses melengkapi dokumen dan persyaratan, proses seleksi, hingga proses presentasi di depan para dewan juri. Diceritakan pula pengalaman para pemenang kompetisi WMM tahun tahun sebelumnya.

Berlanjut ke pembicara kedua kang Fery Hasan, memaparkan bagaimana proses yang beliau lalui saat mengikuti kompetisi WMM tahun 2012 silam. Bebek Udig adalah produk yang ia ikut sertakan dalam kompetisi ini, saat itu memang olahan bebek belum sebanyak sekarang dan saat mengikuti kompetisi WMM usaha bebek udig memang sudah berjalan. Kompetitor kang fery saat mengikuti kompetisi ini adalah Lapis Talas Bogor Sangkuriang, kang fery menuturkan bahwa saat itu omset bebek udig baru 200 juta namun omset Lapis Talas Sangkuringan sudah berkali kali lipat hampir mencapai 1 M. Namun jangan takut katanya, kompetisi WMM ini tidak dilihat dari sekedar omset yang sudah kita capai tapi dilihat juga dari berbagai faktor diantaranya adalah kita harus mengerti proses bisnis yang dijalani. Maksudnya kita harus tahu bagaiaman proses awal kita mendapatkan bahan baku, proses mengolah hingga menjual. Detail bisnis yang kita jalani pun harus kita explore dihadapan para dewan juri agar mendapatkan poin plus. Panjang lebar beliau menjelaskan tentang bisnis nya, Kang Fery pun memberikan beberapa tips dalam menjalankan bisnis, jika dalam bisnis yang sedang kita jalani mendapatkan berbagai masalah terutama misalnya management dan keuangan, tidak ada salahnya untuk menghentikan sejenak usaha kita karna kita perlu mengevaluasi apa yang salah. Bebek udig pun sudah 1 tahun mengalami fakum, karna ada masalah dalam hal management tutur kang fery, dan beliau pun sedang menggarap proyek lain yaitu Halto Food (Halalan Toyiban Food) sambil sedang memebenahi system management di bebek udig.

Mba Titin Agustina (Tina) yang juga menjuarai kompetisi WMM 2012 memberikan pengalamannya saat mengikuti kompetisi ini. Yang beliau lakukan adalah melatih para narapidana khususnya perempuan di lapas daerah Arcamanik untuk membuat home made textile interior dari kain perca dengan nama brand KRAVITI. Ide sosialnya membuat beliau menjuarai posisi 1 bidang wirausaha sosial. Selain itu beberapa bisnis kini dijalankan seperti menerima pemesanan tas untuk acara seminar dengan merk SAKKUZAKKU dan juga membuat bisnis bidang pakaian ready to wear dengan mengangkat potensi kain sarung dari Majalaya dengan brand KENANGAN MANIS.

Adapun beberapa keuntungan yang mba Tina dapatkan setelah mengikuti dan menjuarai kompetisi ini adalah diantaranya
1. Pameran di luar negeri 2 kali, ini tergantung dari apa jenis produk yang kita buat
2. Publikais media
3. Hadiah utama berupa uang tunai
4. Grant berupa project capital
5. Mentor professional yang sesuai dengan bidang usaha
6. Networking semakin luas
7. Mandiri incubator
8. Link Investor terbuka lebar

Selepas mendengarkan dua pembicara yang memenangkan kompetisi WMM, saatnya mendengarkan pengalaman dan ilmu langsung dari pemilik café yang cukup terkenal di kota Bandung yaitu kang Jody Janitra. Kang jody ternyata berada di lingkungan keluarga yang memiliki jiwa enterepreneur, jika kita menemukan cookies di supermarket dengan harga sekitar Rp 80.000/toples itu adalah usaha cookies milik orang tua kang Jody J & C Cookies merknya. Di sesi awal kang jody menceritakan bagaimana perjuangan kedua orang tua dalam merintis usaha yang kini sudah sangat dikenal luas di Bandung hingga ke luar negeri.

Tahun 90 an, ayah kang Jody pensiun dini dari pekerjaannya dan memutuskan untuk berjualan. Jualannyapun belum memiliki tempat, beliau (ayah) berdagang di kaki lima. Tahun 1996 kemudian membuka usaha bakery “Joyci bakery” dengan modal awal sekitar 2 juta. Saat itu usaha yang sedang dijalankan belum memiliki karyawan, hanya dengan bantuan anak dan istri usaha bakery ini bisa berjalan. Tahun 1998 dari bisnis bakery, orang tua kang jody akhirnya memilih fokus di usaha cookies yang saat itu belum dilirik banyak orang. Kemudian tahun 2003 merk Joyci berubah menjadi J & C cookies. Tergambar sudah bagaimana ternyata merintis usaha itu tidak mudah, terbukti dengan pengalaman J & C Cookies yang membutuhkan waktu hampir 19 tahun untuk membesarkan dan mengembangkan usaha.


Bober café, sekarang memang banyak orang tahu dan banyak yang sudah berkunjung kesana. Tapi mungkin banyak yang tidak tahu seperti saya pribadi bagaimana naik turunnya menjalankan usaha sebelum akhirnya kang jody sendiri yang membagi pengalamannya di acara kemarin.

Berawal karena di drop out dari kampusnya tahun 2004 kang Jody tidak diberi lagi uang jajan dari kedua orang tuanya. Kedua orang tua kang jody pun memberikan tiga pilihan bekerja di J & C Cookies, bekerja di orang lain atau punya usaha sendiri dan akhirnya pilihan punya usaha sendirilah dipilih oleh kang Jody. Menurutnya, karna hobi main kartu saat kuliah lah yang memberikannya ide untuk membuka usaha café. Karna dengan memiliki café, dia bisa menghabiskan waktu bersama teman temannya sambil mencari uang saku. Saat itu di Bober café baru memiliki 2 orang karyawan dengan modal awal sekitar 4 jutaan. Naik dan turunnya usaha sangat dinikmati oleh kang jody, karena memang dengan memiliki background pendididkan hospitality tak susah untuk mengembangkan bisnis ini. Follow your passion itu kata kata yang saya ingat dari kang jody, ikuti kesenangan kamu saat menjalankan bisnis karena jika kamu senang dengan bisnis yang kamu jalani apapun rintangannya akan kamu hadapi. Selain itu kang jody pun membagi kunci bisnis nya agar tetap eksis hingga sekarang yaitu differensiasi (berbeda dari bisnis yang sudah ada), selalu kolaborasi, dan cari yang unik dan memenuhi keinginan pasar.

Tambahan baterai semangat mulai terisi kembali, terima kasih untuk para pembicara semoga saja suatu saat bisa berbagi pengalaman lagi. Untuk yang ingin mengikuti kompetisis WMM 2016 silahkan buka website www.wirausahamandiri.co.id pendaftaran diperpanjang hingga 15 januari 2017. Yuk kalo bisa sukses diusia muda kenapa harus menunggu tua.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar