Rabu, 01 Februari 2017

Little Twins

Aku selalu percaya akan kesan pertama, karna itu yang bisa membuatku lama menyimpan rasa yang ada. dan kamu orang pertama meruntuhkan pertahananku yang telah lama ku jaga.
seiring waktu berjalan, entah mengapa hati ini selalu merasa senang saat kembali bertemu denganmu. Pertemuan denganmu membuka dimensi baru dalam hidupku, percayalah.. aku yang tadinya tidak mau untuk membuka hati karena kejadian sesaat sebelum bertemu denganmu. tapi kini semua nya berbalik, berubah diluar kehendak hatiku.
Aku jadi mendapat ide, apa aku tulis saja semua kisah tentang aku dan kamu ? menjadi sebuah novel ? meskipun belum tergambar jelas apakah aku dan kamu bisa menjadi kita di akhir cerita.
kamu tahu, aku mungkin sedikit hiperbola dalam menceritakan ini semua. hahaha.. aku ingin tertawa lepas rasanya, mengapa kamu bisa dengan mudahnya mencuri perhatianku sebegitu dalam? hingga tiap kali ada seseorang yang mendekat rasanya hati ini tak rela jika bukan kamu orangnya.
Saat ini aku seperti seorang pendongeng tunggal, atau seorang yang berperan monolog dalam sebuah cerita. karna hingga detik ini hanya aku sendiri yang berperan dan menentukan alur cerita.
Terkadang rasa bimbang selalu menghampiri, tiap kali sedang sendiri. apa mungkin rasa ini memang terlalu awal ? ataukah memang hati ini yang sudah tak terkawal ? sehingga terlalu mudah bagiku untuk jatuh dan jatuh lagi dalam tatapan teduhmu.
Benarkan, lagi - lagi aku menggambarkanmu dengan kata - kata yang hiperbola. Apa menurutmu ini terlalu berlebihan ? aku rasa tidak, sangat wajar untuk seseorang yang sedang dilanda kasamaran menggambarkan sosok idamannya dengan sangat sempurna.
-------------------------------------------------------------
Hari demi hari ku mulai hati hati dengan hati, saat ku mulai tahu siapa namamu. Berdasarkan pengalaman pribadiku sendiri jika seseorang tahu siapa nama dari orang dikaguminya maka kemungkinan besar ia akan mencari tahu siapa saja orang terdekatnya, seperti apa aktivitasnya, dan yang paling penting adalah apakah ada orang lain yang sedang ia dekati atau sedang mendekatinya.
Ya dan itu terjadi lagi, ketika ku sudah tahu siapa namamu. langsung ku beselancar di dunia maya mencari tahu siapa gerangan yang bisa dengan mudahnya masuk dalam dimensiku saat ini.
------------------------------------------------------------ malam ini mataku masih saja belum terlelap. Banyak yang terpikir selain cita cita yang sedang kurancang saat ini dan ada kamu juga yang sesekali melintasi pikiranku. waktu menunjukan pukul 22.00 dan  Malam pun kian larut, ku beranikan untuk mengucapkan pesan singkat.. "selamat istirahat.." hanya itu dan hingga pagi menjelang tak ada pesan balasan darimu.
-------------------------------------------------------------
Waktu terasa berjalan sangat cepat, hingga aku baru menyadari cukup lama ternyata aku menyimpan rasa kekaguman ini sendirian dan aku pun tak berani untuk berprasangka terlalu jauh karena ku tak ingin mengulangi rasa yang salah seperti saat dulu.
Lepas dari itu semua ada pertanyaan yang tiba tiba memasuki hati, apa aku pantas menunggumu ? menunggumu untuk hadir disetiap hariku, penyemangat dalam setiap langkahku.
sedangkan kini kau yang didamba dan bertahta dalam jiwa masih saja diam tanpa ada tanda.
jika memang aku pantas menunggumu, coba kamu berikan padaku setitik cahaya agar aku bisa menemukan jalan menuju hatimu. jikapun tidak, berikan aku petunjuk bahwa telah ada "aku yang lain" di hatimu sehingga aku akan berhenti menunggumu karna mungkin sampai kapanpun aku dan kamu tak akan pernah menjadi kita untuk kini dan nanti.
aku yakin tak ada yang kebetulan di dunia ini, semua sudah digariskan. Dan garis takdir mana yang paling kuat untuk aku dan kamu, bertemu untuk bersatu atau malah sebaliknya?


-------------------------------------------------------------
Kamu terlalu memberi angin segar padaku dan aku yakin kamu sendiri tahu akan hal itu, dan kini saat aku tahu siapa dirimu seakan sapaan akrab itu telah hilang begitu saja entah kenapa.
aku sudah berusaha untuk memberitahumu bagaimana - aku bisa dengan mudahnya - terlarut oleh hadirmu, anganku yang terlalu jauh menggambarkan sosok dirimu.
sekarang kamu perlahan pergi selangkah demi selangkah meninggalkan goresan, tak terlihat memang tapi terasa sangat dalam.
Lagi dan lagi aku terlalu awal merasa bahwa kamu adalah orang yang saat itu kurasa tepat mengobati luka lama yang masih menganga di tempat yang sama.
 aku mulai menyadari, perlahan dan pasti kamu hanya penerang jalan sesaat saja bagiku. memberikan harapan bukan kenyataan.
kini saatnya menutup ruang dihatiku, untuk kamu yang banyak mengambil ruang tanpa pernah mau untuk tinggal di dalamnya.
kamu harus tahu, sekarang aku mulai bisa menyebut namamu tanpa beban tanpa ada getar rasa yang awalnya ada. namun kini beralih, mataku yang tak sanggup melihatmu perlahan pergi dari pandanganku.
Getar rasa yang dulunya ada kini mulai hilang. aku sungguh tak menyangka, ternyata rasa itu mudah sekali untuk datang dan pergi tanpa permisi sama sekali.
Benar saja, hingga akhir cerita ini hanya aku pemeran utamanya tanpa ada sosok lain yang menjadi lawan mainku.
-------------------------------------------------------------
Masa yang baru dimana ku telah berusaha untuk melupakanmu pun dimulai, langkah pertama yang ku ambil adalah membuka kembali catatan lamaku yang sudah tak tersentuh tentu saja untuk mengalihkan perhatianku yang terlalu fokus padamu. ya, sebuah catatan yang dulu sering ku tulis tentang apa dan bagaimana mimpi - mimpi yang selalu ku jaga dan ku rajut setiap malamnya serta ku kejar setiap harinya. Tentang bagaimana gambaran yang ingin ku capai di masa depan, dan aku kembali teringat kamu adalah satu diantara sekian orang yang pertama ku beritahu apa dan bagaimana semua mimpiku. kamu yang kala itu selalu ku prioritaskan menjadi orang pertama. selain mimpi mimpi yang ku tulis dalam catatanku ada hal lain yang membuatku tergelitik, kamu ingin tahu? hal tersebut adalah tentang siapa pendampingku di masa depan. Ku tulis semua kriteria yang aku idamkan, yang tak hanya baik dan seiman namun juga ku inginkan pendamping yang bisa membuatku nyaman saat bersamanya, bisa membicarakan hal yang tak penting hingga hal yang sangat penting. lagi lagi kamu bisa memenuhi beberapa kriteria yang telah ku sebutkan.
-----------------------------------------------------------
aku butuh waktu, untuk menerima keadaan bahwa kamu mungkin kini sedang berada di sisinya bukan disisiku, menggandeng tangannya bukan tanganku.
kamu kira ini mudah? semudah kamu memasuki dimensi ku dahulu. dan dengan terpaksa aku kini harus berkompromi dengan hati dan pikiranku untuk tidak lagi menggambar sosokmu dalam anganku, karena akan terus terlihat samar bahkan lama kelamaan akan membuyar lenyap. Sama seperti perasaanku padamu.
-----------------------------------------------------------
perasaanku masih belum sepenuhnya
pulih, siapa lagi pelakunya kalau bukan kamu. Sialnya... jantung ini masih sedikit berdebar ketika sesekali melewati tempat dimana kita pertama kali dan sering bertemu saat dulu, membangkitkan lagi memori indah yang kurajut sendiri. hanya sekilas, bayanganmu hadir tanpa permisi lagi.
-----------------------------------------------------------

Kuatkah aku seperti dulu? menepis semua angan yang terlalu terbang bebas. merangkak maju, perlahan menyusun kembali kepingan hati yang berserakan. entah harus memulai lagi dari mana.
jauh.. seperti lagu coklat yang kudengarkan malam ini begitu pula jarakmu denganku. bulan hadir menghiasi pekatnya malam, tapi tertutup oleh awan sama seperti perasaan ku... ada tapi entah bagaimana rupanya.
keadaan ini cukup menguras pikiran ku...
menguras konsentrasiku...
kamu, bagaimana keadaanmu sekarang ? masih baik kah? semoga...
kamu tahu, rasanya ingin memutar kembali kaset kehidupanku,  mengubah perasaanku padamu menjadi biasa saja.
adakah setitik saja perasaanmu padaku?
atau memang hanya aku sendiri saja yang merasa?
jika hanya aku sendiri yang merasakan ini semua, sungguh tak adil..
karna aku mengizinkan jiwaku untuk jatuh cinta, sedangkan kamu ?
-------------------------------------------------------------
seperti berada di ruang hampa udara, oksigen yang ku butuhkan perlahan mulai menipis. sesak yang dirasakan.
menegapkan tubuh yang mulai melemah, menguatkan hati yang mulai meretak.
ternyata tak menjadikanmu poros semestaku lagi membuat langitku sedikit mendung, hingga tak terasa rintik hujan mulai turun menyirami hati yang perlahan gersang.
serasa baru kemarin pertemuanku dengan kamu dimulai, dan kini berujung pada kisah yang tak ku inginkan.
jarakmu yang semakin menjauh, tapi hatiku yang selalu ingin mendekat.
senyum simpul yang selalu terukir di wajahmu masih tergambar jelas dalam benakku. senyum itu yang telah mengalihkan duniaku.
Namun kini duniaku kembali beralih, seperti awal lagi. kosong tanpa ada pelangi yang menghiasinya.
Tak perlu menyalahkan siapa pun, ini semua terjadi karena kehendak hatiku yang mengijinkan kamu untuk masuk meski tak berlabuh untuk menetap.
Hatiku hanya berusaha jujur atas apa yang dirasakannya tapi pikiranku berusaha bersikap logis atas apa yang tidak diketahui oleh hati.
Benar saja, pertemuan dan perpisahan memerlukan waktu yang singkat namun untuk melupakan kenangannya memerlukan waktu yang lama. dan aku tahu, kenangan akan dirimu tak akan bisa pudar begitu saja.
------------------------------------------------------------
Terima kasih untuk pertemuan yang tak sengaja antara aku dan kamu.
Terima kasih untuk sapaan hangatmu saat aku sering berjumpa denganmu dulu.
Terima kasih untuk senyum manismu yang membangkitkan semangat menjalani hari hariku.
Terima kasih untuk obrolan kita yang sangat aku sukai, tanpa beban mengalir begitu saja dan aku tak perlu menjadi orang lain saat itu.
Terima kasih untuk kenyamanan yang aku rasa saat kita membicarakan hobi kita yang sama.

aku pun ingin meminta maaf...

Maaf untuk aku yang ingin tahu siapa dirimu.
Maaf untuk aku yang selalu ingin menyapamu lebih dahulu.
Maaf untuk semua harapan yang telah aku gantungkan padamu.
Maaf untuk semua rasa yang tak bisa aku bendung dari dulu hingga kini
Maaf untuk aku yang selalu inginkan kamu dan aku menjadi "kita" di akhir cerita.

     ---------------- To Be Continued---------