Minggu, 15 Mei 2016

Memang Engkau dilahirkan Menjadi Seorang Pendidik

Selamat Hari Pendidikan nasional…..

Tanggal 2 Mei diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional, tanggal 2 Mei merupakan tanggal lahir Ki Hajar Dewantara. Pejuang pendidikan yang mengorbankan seluruh jiwa dan raganya untuk memajukan pendidikan di negeri ini. Namun selain tanggal 2 mei yang merupakan tanggal bersejarah menurut saya pribadi, ada tanggal lain yang teramat istimewa buat saya. Yakni tanggal 3 dan 8 Mei. Kenapa saya sebut hari istimewa karena di dua tanggal tersebut lahir orang orang yang saya kenal luar biasa. Kedua  Hari dimana Bapak dan Ibu saya lahir kedunia ini. 2 sosok yang seprofesi yakni sebagai guru lahir di bulan yang sama dengan sang pejuang pendidikan. Entah suatu kebetulan atau memang sudah menjadi rencana dari Alloh SWT.
Ibu saya seorang pendidik yang sudah kurang lebih 15 tahun berprofesi sebagai guru honorer, begitu panjang perjuangan beliau untuk mendapatkan haknya secara layak selama belasan tahun tersebut. Namun, beliau tak pernah patah semangat, sempat tidak diakui beberapa tahun mengajar di sebuah sekolah menengah pertama karena cuti melahirkan, gaji yang tidak selalu ada setiap bulannya. Ketika ada kesempatan ibu saya mengikuti test CPNS 2 kali masih belum lulus juga, baliau sempat ragu untuk mengikuti kembali Test CPNS , sudah lewat batas umur kata beliau. Memang ibu saya mengikuti test disaat usia beliau hampir menginjak kepala 5  tapi dengan dorongan Bapak dan keluarga beliau akhirnya mengikuti test CPNS kembali yang diadakan pemerintah tahun 2014. Alhamduliah, Alloh SWT melihat kerja keras perjuangan ibu, akhirnya beliau lulus test CPNS dengan perhitungan masa kerja kurang lebih tinggal 10 tahun lagi.

Lain halnya dengan perjuangan Bapak, beliau memiliki keberuntungan dibandingkan dengan ibu. Bapak begitu beres sekolah keguruan (dulu SPG) langsung diangkat menjadi guru PNS. Selama kurang lebih 20 tahun baliau sudah mendidik putra putri di daerah, membimbing satu demi satu murid membaca dan menulis huruf menjadi rangkaian kata yang bisa dibaca oleh para murid. Dimulai dari mengajar kelas 1 yang sangat membutuhkan kesabaran tingkat tinggi karena tak jarang ada yang menangis dalam kegiatan belajar mengajar hingga mengajar sampai kelas 6, di kelas 6 setiap akhir caturwulan saat itu beliau sibuk mendaftarkan para murid untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi.

 Saya jadi terkenang waktu saya masih bersekolah di Sekolah Dasar, meskipun satu sekolahan dengan Bapak, hampir tidak satu kalipun saya menjadi murid beliau, suatu ketika saya berada di kelas 2 dan akan naik ke kelas 3 sedangkan beliau menjadi wali kelas 3 tapi di tiap ajaran baru beliau selalu menghindar untuk menjadi wali kelas saya entah kenapa saya saat itu belum terlalu mengerti.  Namun setelah agak dewasa saya baru mengerti beliau takut dikira membantu saya dalam hal nilai – nilai saat ujian sekolah.

14 tahun lalu, bapak dipindah tugaskan ke daerah yang terpencil dan cukup jauh dari rumah. Dulu ke sekolah waktu tempuh hanya 5 – 10 menit dengan berjalan kaki, kini harus menempuh ± 30 – 45 menit dengan berjalan kaki.

Bapak juga bercerita bagaimana suka duka menjadi seorang pendidik di daerah yang terpencil, terkadang jika musim hujan datang beliau harus berangkat lebih pagi dari biasanya karena pasti waktu yang ditempuh dalam perjalanan menuju sekolah akan lebih lama, berangkat dari rumah pun harus menggunakan sepatu boot yang tahan air dan licin sedangkan sepatu kerja disimpan di sekolah.

Tahun 2002 silam, saat saya masih menginjak kelas 6  saya, kawan – kawan sekolah beserta guru – guru mengantarkan Bapak menuju tempat tugas barunya. Selama perjalanan kami melewati sawah – sawah, ladang – ladang, milik penduduk seitar. Jalan – jalan yang terjal, bebatuan serta licin itulah medan yang saya lalui saat itu. Dan kini setelah saya menuntaskan pendidikan dan sudah mulai bekerja, Bapak masih bertugas disana mungkin sudah terhitung 14 tahun. Terkadang dalam hati kecil saya ingin bertanya, pak… apakah Bapak masih semangat? Apakah Bapak masih sekuat dulu dalam menempuh perjalanan menuju sekolah? Mengingat medan yang harus dilalui cukup rawan kecelakaan, kalaupun menggunakan kendaraan bermotor ongkos perjalanan akan lebih mahal.

Tak pernah saya melihat gurat rasa lelah di wajah beliau. Setiap hari minggu kalau tidak ke ladang pastilah pergi kesekolah. Alasannya sederhana ingin menanam tanaman, memperbaiki saluran air dan lain sebagainya.
Perjuangan, kerja keras, yang dilakukan Bapak kini berbuah manis, telah diapresiasi oleh pemerintah daerah. Alhamdulilah tanggal 26 Aprl 2016 kemarin Bapak mengikuti Lomba Kepala sekolah berdedikasi dan berhasil menyabet juara ke 2 selama 2 tahun berturut – turut yakni tahun 2015 dan 2016.
Selamat Pak….. ini hadiah ulang tahun yang berharga dan kami sekeluarga bangga dengan semangat tak kenal lelah yang Bapak tunjukkan untuk memajukan pendidikan di daerah.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar